Tuesday, November 3, 2015

Vero 6

Credit to exotica


Eniwei, enough for the blabbering, soalnya sekarang gue dan temen-temen flat gue sedang otw ke festival musik. Nih gue lagi duduk di samping pak sopir sambil ngerekam pakai handycam.

“This is Al!” gue nyorotin handycam ke arah Bule brewok dengan kemeja flannel kotak2 lengen panjang warna biru yang lagi nyetir, flatmate gue yang kamarnya di depan kamar gue. Al ini ibaratnya pemuda tahun 70-an yang kesasar di abad 21: rambut gondrong sedagu yang diiket ke belakang, brewok lebat ala John Lennon pasca ketemu MahaRshi; lengkap dengan kacamata rayban bunder model jaman dulu.

“Baru cewek mungil dengan rambut poni yang sedang dengerin iPod di bangku belakang ini namanya Naya, gue punya sahabat dari Indonesia.”

Yup, Naya nie sohib gue dari jaman SMP, sampai sekarang gue kuliah di UK.

“The Killers is the best brit-band in the world!!!!” tiba-tiba Naya jejeritan pake bahasa Inggris. (mungkin iPod-nya pas lagi muter lagu Mr. Brightside)

Mwahahahaha!!!! Gue dan Al langsung ngakak nggak berhenti-berhenti.

“What are you laughing at? Emang bukan yah... masa sih? ini accent-nya aja british banget!” Naya ga terima, ngasihin headset ke gue.

“Nay... Nay... ck ck ck... elu teh tololnya kebangetan....” kata gue balas dendam. Kalau kemaren gue dibego-begoin soal bola, sekarang giliran gue yang bego-begoin Naya masalah musik huehuehue...

“Eh, bener lagi The Killers dari inggris... iya... kan? Al? Aaaaaaal!?” Naya menggoyang2 bahu Al yang nyetir di depan.” Al.... bener kan? ihh.. nyebeliiiiin”

Al dan gue ngakak lagi.

Naya tampangnya doang yang hipster, padahal seleranya mainstream. Playlist-nya mah kagak jauh-jauh dari top 40: Sammy Simorangkir, Rumor, Cakra Khan, Cakra Kembar...

“Sekarang coba sebutin 3 band inggris deh... 3 aja!” tantang gue

“Gampang...” kata Naya jumawa. “The Beatles... One Direction pasti dong... terus... terus... terus.... um... The Killers....?”

Gue dan Al ngakak lagi... ga berhenti-berhenti... sampe perut gue sakit...

Yup, setelah bego-begoin Naya dan menempuh perjalanan 5 jam dari London akhirnya kita sampe di Pilton, Sommerset. Sebuah desa pertanian kecil di selatan Inggris.

“Yeeeeey!!” jerit gue sambil menjulurkan kepala keluar jendela mobil yang melaju kencang. Yeah, musim panas, biru cerah, dan matahari sedang berada di puncak kurva Solsticenya.

Gue menghirup udara musim panas khas pedesaan Inggris yang bebas polusi gak kaya London, sambil mengarahkan handycam ke lanskap tanah-tanah pertanian yang berbukit-bukit, lumbung yang mirip menara dan mencuat di antara bentangan ladang gandum dan jagung yang menghijau, juga domba-domba yang bergerumbul di pinggir pagar berduri. Keren.

Kalau kalian search di google, kalian bakal tahu kalau tempat ini terkenal dengan 3 hal: 1. Stonehenge, monumen batu yang katanya dibangun oleh *alien*. 2. Crop circle yang konon dibuat oleh *alien*, 3. (yang terakhir dan yang paling keren).... ehem...Glastonbury Music Festival! (Yey!!! )

Glastonbury Music Fest, disingkatnya Glasto,- tuh semacam festival musik BESAR-BESARAN, yuhu, gue cetak besar, karena Glasto tuh beneran EPIC. Kalau kalian pernah datang ke Java Rockin Land di Ancol, (to be honest, itu nggak ada apa-apanya dibanding Glasto, baik dari skala maupun line up artisnya.)

Glasto diadakan di atas ladang pertanian yang membentang seluas 1000 are dari utara Stone Circle, sampai satu setengah mil ke utara, yang kalo kalian jalan kaki dari ujung ke ujung bakal memakan waktu satu jam plus satu pak koyo cabe..



Seriously, jangan bayangin Glasto ini konser musik biasa di mana kalian cuma dateng, nonton, bubar. Di Glasto, ada belasan panggung utama, puluhan panggung panggung kecil, dan nggak cuma itu di dalamnya ada macam-macam wahana, dari kapal bajak laut yang isinya perosotan buat anak-anak (dewasa juga bisa main sih), sampai workshop meditasi, kelas nude painting buat orang dewasa), bahkan ada tempat pijat, dan sauna segala!

Karena acaranya diadain selama 5 hari 5 malam, mau nggak mau 180.000-an orang bakal mendirikan tenda-tenda, menikmati nggak cuma sajian musik kelas dunia, tapi juga berbagai program, dan stand-stand yang dijamin pecah sepecahpecahnya..

“Keren ya, Nay...” kata gue takjub, meskipun kita baru sampe di tempat pintu masuk. Habis ngasihin tiket kita yang ditempel foto dan id (jadi gak mungkin ada calo) kita dikasih gelang warna kuning biar bisa gampang keluar masuk, terus dikasih guide book yang isinya jadwal band2 yg manggung, juga peta dan penjelasan mengenai wahana apa aja yang ada di dalam.

“Iya...” kata Naya dengan tatapan mata hampa, meski gue tahu dia pasti lg nyariin bule kece.

Gue baca-baca guidebook, ternyata Glastonbury Music Festival pertama kali diadakan oleh Glaston Castanyo, mantan pacarnya Jupe... just kidding :p...

Pada tahun 1970 seorang tuan tanah bernama Michael Eavis mengadakan sebuah festival musik yang terinspirasi dari gerakan hippie dan counterculture. Semenjak itu Glasto yang digelar rutin dari tahun ke tahun otomatis menjadi salah satu icon budaya hippie, bahkan sampai sekarang.

Makanya kalau kalian main ke kota Glastonbury maka kalian akan mendapati kota yang dipenuhi aura hippies dan new age: kursus yoga dan meditasi, penyembuhan reiki, toko yang jual pernak pernik etnis, hihi kesukaannya Al banget....

Karena temanya Hippies, gue cukup pake rok mini jeans+strapless bra+tank top gombrong tie dye warna-warni Gak lupa bandana oranye yang melingkar di jidat, plus kaca mata item hasil ngembat dari kamarnya si Bule. Asli, mirip dukun baru gila!

Naya pakai dress putih sepaha, leggings motif etnik terus hiasan kepala bulu-bulu ala kepala suku indian... Kalau Al mah ga usah dandan juga dari orok udah retro lahir batin... kita semua kompak pakai sepatu boot, secara Glasto diadakan di atas tanah pertanian, yang kalau hujan pasti bakalan berlumpur banget... (yup, jangan pakai stiletto ke glasto)

“Pelan-pelan Pe’...” kata Naya sambil melewati jalan yang becek karena hujan dan keinjek-injek penonton yang jumlahnya ribuan.

“Iya...” jawab gue, sambil bantuin dia biar ga kepeleset.

Waktu kita sampe udah siang, matahari pas ada di kepala. Glasto diadakan selama 5 hari dari hari rabu sampai hari minggu, tapi acara band-band-annya baru mulai hari jumat. Kita sendiri dataang hari jumat, Kita sengaja nggak dateng lebih awal, soalnya Al udah pesen tempat (katanya).

Awalnya gue sempet kecewa sih, gue bayanginnya Glasto tuh bakalan macam festival musik tahun 70-an macam Woodstock, di mana bakal banyak ada orang-orang bugil goler-goler di rumput sambil main banjo & ukelele... pakai mahkota bunga-bungaan... terus ngisep ganja... (buset imajinasi gue flower generation banget yaK...)

Tapi yang ada malah orang-orang yang bikin tenda di tanah lapang macam jambore nasional, tetep keren sih soalnya ada karya seni instalasi gitu, ada tank panser yang dikasih grafitty warna warni tentang perdamaian, terus ada robot transformer gede yang dibuat dari besi rongsokan... terus kemana mata memandang pasti aja ada bule-bule kece hehehe....

Kita terus jalan melewati jalan setapak yang becek dan papasan sama penggila musik dari seluruh dunia. Areal Glasto dibagi berdasarkan tema-tema yang unik, misalnya Green Field, area dengan tema lingkungan, Shangri La dengan tema spiritualitas ketimur2an, Block9 yang futuristik tempat musik-musik EDM digeber habis-habisan. Terus ada Pyramid Stage, panggung utama yang bentuknya kaya piramid (ya iyalah) yang udah jadi icon buat festival ini. Tahun lalu Muse main di sini, tapi tahun ini yg jadi headliner-nya tuh, Metallica. Gue gak begitu demen yang keras2 sih.. gue ga bisa ngebayangin ntar gue headbanging sambil kasih salam metal ke Lars Ulrich, exit light... enter night.... yah, paling ntar gue nonton Lily Allen ajah^^

Kita jalan lagi. Di antara area satu dengan yang lain diisi diisi dengan toilet umum, stand makanan, juga orang-orang yang bikin tenda buat nginep, benernya ada juga sih yang temoat kaya penginapan gitu (dan penginapan ini punya tema-tema aneh2 juga).



Kita sendiri sepakat nginep di TIPI FIELD, areal dengan tema Native Americans, (jadi tema-tema indian-indianan gitu). Di sana ada banyak “tipi” alias tenda khas suku indian yang berbentuk kerucut yang didirikan di atas bukit, jadi dari sini kita bisa lihat area festival dari ketinggian.

Di sini gue bisa lihat orang-orang dengan dandanan jadul duduk bersila muterin api unggun (serus, mereka nyalain api unggun di siang bolong!), bahkan ada yang make kain pantai doang joget-joget mengelilingi patung totem sambil diiringi banjo... asyik asyik asyik... ini baru hippies...

Ternyata Al udah booking satu tipi buat kita bertiga, yang harganya £1,600-an, buset tajir juga ni anak, batin gue.

“Al... kenapa kamu nggak ngajakin pacarmu ke sini?” pancing gue sambil nenteng sleeping bag dan gendong carier segede gaban (emang gaban segede apa, coba?).

“Pacar? Pacar yang mana?”

“Sombong! Huh!” kata Gue sambil meletin lidah

“Seriously, i dont have a girlfriend,” kata Al

“Really?”

“Yes, I never bring a date to glasto, that’s like bringing a deer carcass to a hunting trip...” balesnya lempeng

Gue dan Naya langsung mendelik protes, “Terus kamu anggap kita apaaaah? Kita apaaaah?!!!”

“JK.. Just Kidding... haha....” e, dia malah ketawa-tawa, dasar bule imbesil. “Justru aku lebih milih mengajak kalian ke sini, karena... uummm... well... aku benar-benar merasa click dan nyaman sama kalian on so many levels!”

“Really?” kata Naya dengan tampang imut sambil menggandeng lengan Al dengan manjanya...

“Yup” Diacak-acaknya poni Naya, terus kepalanya dicium

Gembel, gue jadi obat nyamuk lagi


* * * * * * * * * * * * * * * *

Gue jadi membayangkan, andaikata gue bisa ke sini sama Nino, cowok gue yang sekarang lagi di Indonesia, pasti kita bisa seneng-seneng berdua... eh, berempat kalau dua makhluk yang lagi asyik-asyikan itu dihitung, huft!

Dua hari yang lalu AKHIRNYA cowok itu menghubungi gue setelah 2 minggu gak ada kabar, bayangin.... DUA MINGGU!!! Akhirnya kita skype-an, dia minta maaf, soalnya dia sedang bantuin dosennya meneliti terumbu karang...

Gue pikir kita bakal berantem, terus kita nangis-nangisan, terus dia ngerayu gue pake kata2 gombal kaya di drama2 korea sebelum akhirnya kita baikan...

tapi (sayangnya) enggak... dia minta maaf... gue cuma senyum... terus udah...
ya udah gitu aja... T_T

Makanya waktu si bule ngajakin kita berangkat bareng nonton Glasto, langsung aja gue cabut, daripada mikirin cowok yang super gak jelas itu, huh!

“Pe’ siniiii...” panggil Naya dari jauh

Cepet-cepet gue senyum, teru nyamperin dua orang itu, ngikut ngelewatin stand daur ulang punyanya Greepeace (ya, di sini orang2 bisa belajar bikin pupuk kompos, terus mendaur ulang sampah) , WC umum yang berupa bilik2 plastik yang berjajar, terus stand yang jual patung dan pernak pernik etnis (di sini pengunjung juga bisa ikut workshop membuat patung, nanti patung hasil karyanya bisa dibawa pulang atau dijual)



Kita sekarang di greefields, Ada jalan setapak dengan umbul-umbul dan bendera warna-warni di sebelah kirinya ada wahana tentang penyelamatan lingkungan, terus ada sauna yang bentuknya kaya gua batu juga. Dan yang paling bikin gue shock adalah banyak orang sedang goler-goler bugil di rumput di sebidang tanah kecil yang ditumbuhin bunga-bunga di depan sauna yang fasadnya dibuat mirip gua-gua batu, padahal di sekelilingnya banyak ada penonton umum yang wara-wiri lewat masih pake baju lengkap.

“Welcome to the one and only, clothing optional zone in glasto,” kata Al.

Wow gue nggak nyangka juga bakal ada tempat kaya gini di glasto. Meski gak banyak, ada beberapa orang yang goler-goler di atas rumput, bugil, ada yang cuma sunbathing aja, ada yang main-main ukelele kaya imajinasi gue.

Al menjelaskan bahwa awalnya di tahun 70-an, bahwa suasananya seperti ini semua. Orang-orang bisa bebas bugil di mana-mana, tapi seiring perkembangan zaman, yang tersisa dari semangat Hippies Glasto cuma sepetak tanah kecil yang di dekorasi dengan backrop grafiti warna warni bertema psychadelic.

Tanpa banyang cingcong Al menyapa orang-orang yang duluan bugil di sana. “May i join?” katanya ramah, lalu buka semua bajunya kaya hal itu hal yang biasa aja (emang biasa sih aja bagi orang itu)

Ragu-ragu gue melepas satu persatu penutup tubuh gue: rok jeans, tank top gombrong, sampai gue tinggal melepas bra dan cd gue. Beberapa orang yang masih pakai baju lengkap lewat di jalan setapak di deket kita, dan sesekali ngelirik ke arah orang-orang yang bugil di mari.

Gue pernah diajakin Al bugil bareng Daryl dan temen-temen nudisnya beberapa kali. Tapi gue merasa, bugil di tengah orang yang bugil tuh nggak ada grengnya, beda kalau kita bugil di tempat yang nggak semestinya kaya gini, di mana orang-orang masih pada pakai baju lengkap.

Gue narik nafas dalam-dalam, melepas bra terus nutupin puting gue yang udah tegang. Gue ngelirik Naya, anak itu juga nampak grogi banget harus bugil di depan umum kaya gini. Benernya Naya tadinya mau ngikut nemenin gue aja, tapi dia malah dikompor-komporin Al buat bugil

Mukanya yang imut jadi tambah imut aja, bersemu-semu merah waktu dibugilin sama Al. Gue pikir anak itu pasrah aja, tapi waktu bra model gantungnya mau dicopot Naya langsung beringsut mundur sambil nunduk-nunduk, malu katanya...

Karena yang bugil cuma beberapa orang aja (bisa dihitung jari) jadilah kami sebagai tontonan orang-orang yang lewat di jalan setapak waktu mau pindah venue.

Beberapa cowok asia lewat di depan gue, kasak-kusuk ngelihatin gue yang rikuh nutupin puting. Gue senyumin balik aja meski dengan muka tersipu-sipu, duh benernya malu sih, tapi bodo ah, gue kan bugil di clothing optional area weee :p

Mereka diem sebentar buat melihat gue yang melepas celana dalam gue dengan tangan yang gemeteran...

Oh, Wow! Gue sekarang telanjang bulat! Kali ini gue bugil di tengah-tengah padang rumput sambil orang-orang yang masih pake baju lengkap wara-wiri di samping gue, dan jelas ini bikin gue mendadak horny. Cepet-cepet gue nengkurep di atas kain pantai yang dijadiin alas biar gak ketahuan kalau gue mulai basah...

Gue nutup mata, mencoba menikmati sensasi yang luar biasa ini. Sinar patahari hangat yang jatuh di punggung telanjang gue, angin yang berhembus di belahan pantat dan meki gue.

Gue menghirup nafas, aroma rumput dan pedesaan... hmmm... terus suara orang-orang yang rame lewat di samping gue... gue senyum sendiri, membayangkan tatapan mereka di antara paha yang sengaja gue buka lebar-lebar...

Duh emang nie otak gue isinya pasir semua! Ngereeees!!!! Buru-buru gue ngambil brosur jadwal acara Glasto buat mengalihkan perhatian, sambil ngedengerin iPod biar ga keterusan horny kaya gini huehue. Gue ngelirik Naya yang sekarang lagi nyanyi-nyayi bareng Al yang megang ukelele, buset! cepet banget anak itu blend in... padahal tadi malu2 :p

“Elu nggak make sun screen, Pe’?” kata Naya yang sekarang cuma pake bikini sambil ngolesin lotion ke paha dan lengannya.



Si bule cuma manggut-manggut sambil main ukelele. Baru Naya minta Al buat ngolesin sunscreen di punggungnya, sambil ngelepas bikini atasnya. Halah modus, preett! Batin gue sambil ketawa.

“Elu yakin pe? Enak loh...” kata Naya sambil senyum-senyum digrepe2 sama si bule mesum, sementara orang-orang yang mau pindah venue lalu lalang di jalan setapak di dekat kami... gembel... jadi mikir yang aneh lagi deh huehuehue...

“Beneran enak Pe’...,” kata Naya lucu sambil merangkak dengan tubuh topless ke arah gue. Gue cuma senyum geli lihat toketnya yang kecil ranum itu nampak makin mengkel jadinya. “Ya.. mau ya...” katanya sambil senyum lucu kaya anak kucing.

Tanpa menunggu persetujuan gue, Al dan Naya giliran mengolesi badan gue pakai sun screen. Gue cuek aja, terus telungkup sambil baca jadwal band yang mau manggung. Awalnya sih normal-normal aja, sampai Naya dan Al bikin gambar-gambar aneh gitu di punggung, pantat, dan gue sambil cekakak-cekikik berdua.

“Awas ya, jangan macem-macem!”

“Iye... iye...” kata Naya, tapi gue tahu kalau mereka pasti bikin yang aneh-aneh.

Lotion di punggung gue diratain sama Naya sementara lotion di betis gue diratain sama Al, tapi gue rasain kok tekanannya pelan dan dalem kaya dipijet pijet gitu hehehe, lumayan deh kalau dipejet gretongan, kaki gue kan pegel habis jalan dari parkiran huehuehue...

Pijetan Al naik terus ke paha, baru ke pantat gue... hmm... pantat gue yang telanjang diraba-raba, terus diremes-remes gitu... uuuh... terpaksa gue menggeliat keenakan, soalnya pijetannya pelan terus penuh penuh perasaan gitu... duh, alamat bakal becek deh gue :p, tapi gue pura-pura cuek aja, buka-buka guidebook nyariin jadwal mainnya Arcade Fire ntar malem.

Gue denger Naya dan Al cekikikan lagi, sekarang giliran Naya ikutan mijetin pantat gue dan Al turun balik balurin lotion ke paha bagian dalem gue, tangannya yang licin naik turun, bikin gue merinding-merinding disko.

Tiba tiba gue merasakan tangan Naya menelusur belahan pantat gue sampai meki, dan dari arah bawah tangan Al juga gerepein klit gue. Gue langsung menggeliat protes.

“Uuuuuhh, apaan sih...” desah gue manja, mendorong tangan Naya dan Al menjauh yang cuma ketawa2 berdua. Gue bisa lihat beberapa orang yang lewat kasak-kusuk ngelirik ke arah kami dan itu bikin gue tambah horny.

“Now, turn up...” kata Al sambil ketawa-tawa.

“What are you doing?” protes gue, ini kan di depan umum?”

“So what? Kenapa lagi, sambil nyubit pipi gue. “Aku kan sudah bilang, aku akan membantumu memuaskan ‘hobby’ mu”

“Dasar pervert,” kata gue sambil nyengir.

“Well, thats makes us two pervert.”

“Apaan sih!” gue cubit tuh bule.

“Udah, yuk,” kata Naya sambil goyang-goyangin bahu gue, nyuruh gue balik badan.

Wow, sekarang gue ga nyangka, toket dan meki gue sekarang terpampang bebas ke arah jalan setapak! Yah, meskipun gue pernah telanjang sebelumnya pas WNBR, tetep aja ngangkang telanjang ke depan orang-orang yang masih pake baju lengkap (bukan nudis) bikin gue horny. Gue cepet-cepet ngambil kaca mata item gede buat nutupin ekspresi gue yang sudah condong ke ekspresi “fuck me please”, :p.

Al dan Naya cekakak cekkik, lihat meki gue yang udah mulai mengkilap basah, tapi gue cuek aja, malah sengaja buka paha gue makin lebar, memamerkan meki gue ke arah orang-orang yang lewat di jalan setapak di depan kami.

Gue cuma merem-merem keenakan waktu Al mengusap-usap dan meremes-remes toket gue. Al mengajak Naya ikut serta, tapi Naya nampak ragu-ragu, dia cuma ngusap-ngusap daerah pundak sampai tulang selangka sambil senyum-senyum ke arah si bule.



Al menggenggam jari-jari Naya, mesra mengarahkan tangannya yang imut ke arah toket gue. Gue bete sih, tapi merasakan jari sepasang manusia itu sibuk meremas-remas toke gue, dan puting gue sekarang saling menyelip di antara jari jemari dua orang itu... rasanya Uuuuh... rasaya gue pengin moan-moan sendiri jadinya, tapi berhubung ini di depan umum, sebisanya gue menahan diri. Sambil pura-pura baca brosur (pura-pura aja, soalnya gue udah ga bisa mikir apa-apa lagi, karena udah horny abis), gue nikmatin aja dua orang itu grepein gue, toket gue, ketek, terus perut dan bagian perut di bawahnya.

“Nnnnnh....,” gue merem keenakan, mudah-mudahan ekspresi gue yang mulai sange ga kelihatan karena kacamata item gue. Badan gue yang eksotis sekarang udah berkilat-kilat karena sunscreen. Gilak, gue ga nyangka banget bisa digrepein di depan umum kaya gini!

Tangan Al dan Naya bergerak cepet balurin lotion ke pangkal paha gue dari arah depan, cepet banget, tapi justru itu yang bikin klit gue kesenggol-senggol tanpa harus ketahuan sama orang-orang yang ada di sekeliling kita.

Masih sambil nutupin muka pake brosur, gue genggam tangan Naya erat-erat,Tubuh gue gemeteran hebat, dan berusaha gue tahan sekuat tenaga biar enggak menampakkan orgasme gue... My secret.. silent Orgasme... yang panjang.. dan nikmat luar biasa sambil dilihatin banyak orang...

“Nay... Nay... gue... Nyam....pe....,” desah gue sambil jilatin jari-jarinya Naya.

Dengusan-dengusan nafas gue masih kedengeran, berat dan paru. Bercampur dengan suara orang-orang lewat dan suara band-band yang lagi cek sound di Pyramid Stage di kejauhan.

Gue membuka mata, melihat Al dan Naya bersimpuh di samping kepala gue, tersenyum sambil mengusap-usap muka gue yang basah.

“Gila... elu seksi panget, Pe...” bisik Naya. “Muka elu pas habis orgasme tuh ngacengin banget!”

Gue ngelirik Al, melihat kontolnya mulai ngaceng gara-gara lihat gue orgasme. Cepet-cepet tuh bule nelungkup buat nutupin batangnya yang mulai tegangan tinggi sambil ketawa-ketawa. Di ngasihin botol lotion ke Naya, nyuruh gue dan dia giliran balurin lotion ke punggungnya.

Sekarang giliran gue dan Naya yang ngerjain tuh Bule. Dia cuma bisa gemteran sambil ngomel2 pake bahasa inggris, waktu Naya gerepein paha bawahnya sambil sengaja nyenggol-nyenggol pelernya, sementara gue usapin pantatnya sambil curi-curi nusukin jari ke lubang anusnya.

“fock.... fock...” (orang Skotlandia bilang fuck itu fock),”awas kalian ya... tunggu pembalasanku nanti malam, hahaha!” dia ketawa-ketawa mesum.

Waktu Al kita suruh balik, dia gak mau, takut kontolnya yang ngaceng kelihatan sama orang-orang. Yaudah deh...

“Al, kita mandi dulu yah...” kata gue genit, sambil menggandeng tangan Naya. “Yuk, Nay.”

“Yuuuuuuk..,” kata Naya riang, sambil mungutin bajunya.

Kita gak langsung pakai baju, soalnya di deket situ juga ada tempat mandi dengan tema alam terbuka (ya, di sini ada macam2 tema kamar mandi). Meskipun tempat mandi itu kamar mandi umum yang mandinya rame-rame ala di hutan rimba, tetap saja ada segregasi, pemisahan mandi antara cewek dan cowok...

Gue agak kecewa sih soalnya setahu gue dulu pernah ada booth mandi punyanya green peace yang berbentuk ikan paus raksasa, di mana cewek dan cowok mandi bareng... Tapi gak papa, deh... mandi bugil rame-rame di bawah shower sama Naya dan cewek-cewek bule ternyata seru juga! Gue jadi inget dulu waktu SMA sering mandi bareng Nadine dan anak2...

Nggak... nggak ada adegan lesbian di sini... belum (seenggaknya)... :p

Nino BBM gue beberapa kali hari ini, bukan nanyain gue, tapi nanyain glasto. Dia dari dulu pengen banget ngerasain datang ke festival legendaris macam Glasto atau Woodstock, dan dengan antusiasnya dia nanyai segala macem, apalagi karena gue upload foto-foto gue ke instagram. Gue sebel sih, kayanya dia lebih peduli glasto daripada gue! huh! Biar aja, siapa yang perlu cowok yang gak sensitif kaya dia!

Karena nggak ada yang seru, makanya kita skip sampai malam... yay!


* * * * * * * * * * * * * * * * *



DROP THE BASS!!!!! Malam itu Skrillex main di panggung Other Stage. Benernya gue pengen lanjut lihat Arcade Fire habis kita nonton Lily Allen di Pyramid Stage, tapi karena mood-nya Naya dan Al sedang ngedugem, yauda gue ikutin mereka aja ajeb-ajeb dengerin music dubstep sambil bawa glowstick, yeeeeey!!!! J! K! T! 48! Eh, ngapain gue jerit pakai chant wotagei, batin gue sambil nepok jidat. Oia Glowstick yg gue bawa itu yang disposeable yah, yang kaya tongkat kecil yang bisa nyala dipatahin, bukan yg peralatan polisi ky punyanya WOTA. Tadi di pintu masuk Other Stage semua penontonnya dibagiin glowstick satu2, asyik.

Waktu kita dateng, Skrillex udah naik panggung aja. Skrillex ni dulunya anak Emo, tapi alih haluan jadi DJ, Produser sih katanya dia, meski gue sampai saat ini gak bisa bedain antara DJ dan produser, seperti gak bisa bedain antara idol grup dengan girl band.

Gue cuma bisa nontonin dari layar raksasa (rame banget, jadi kita cuma kebagian di belakang2 doang dekat mixer gara2 telat). Diatas panggung seorang cowok berkacamata dengan model rambut aneh, setengah botak, setengahnya gondrong sedang mainin seperangkat turn table + laptop yang menghasilkan suara elektronik mirip robot lagi step kejang-kejang... “Brlllllut.., NGIK!!! brrrrullllt dub jedub jedub... NGIIK!! brluuuuuuut!!!!! NGIK!” makanya nama alirannya dubstep.

Diiringi dentuman bass dari sound out gede di kiri kanan panggung, ribuan penonton yang menggenggam glowstick bergoyang, berjingkrak mengikuti irama lagu, membuat Pangung The Other Stage seperti berada di atas lautan kunang-kunang, ditambah Laser warna hijau yang ditembakin ke gelap malam membuat heboh suasana! Ribuan orang menggeliat, menggelinjang, (buset, lu kira sex scene apa?) menggila dipengaruhi euforia Glasto Festival!

Gue dan Naya yang orang asia dan badannya notabene lebih kecil dari orang bule tentu aja kegencet-gencet, tapi dia mah seneng aja digrepe2 bule2 :p

“Seru yaaaaa...,” kata Naya yang joged-joged di depan gue. Benernya gue gak bisa denger dia ngomong apa, karena bising banget, tapi kira2 gue bisa nangkep masudnya dari gerak bibirnya

“Iyaaaaa!!!” karena tahu Naya gak bakal bisa denger, gue pake bahasa bibir aja, gak usah keluarin suara biar irit huehuehuehue...

Malam ini gue pake rok jins mini yg gue pake tadi siang, gue pake tank top gombrong tie dye yg kembaran sama Naya, gak pake bra lagi, (karena mood gue malam ini sedang horny ), dan ini bikin toket gue ikut berguncang-guncang waktu gue joget (kalian g perlu tahu ukuran cup gue, belum lagi kesenggol2 orang.. dan semakin seru kita dugem, semakin basah badan gue dan itu bikin puting gue njeplak di baliknya... wow... gue bisa bayangin penampilan gue... gak mungkin gue bisa seseksi ini kalo di jakarta....

Dari jauh, gue udah bisa lihat Al yang lagi meluk Naya ga bisa berhenti ngelirik ke arah dada gue, wow, gue balik badan, menggerakkan badan gue seseksi mungkin sambil memegang glowstik, gue menggeliat, mengerling dari balik pundak, memberikan pandangan gue yang paling mengundang buat si bule...

Bener aja, waktu ganti lagu, tangan Al tahu-tahu aja udah melingkar di perut gue dari belakang, dan karena tempo lagu yg diputer kali ini rada slow (emang ada ya, lagu dubstep slow :p) gue berasa slowdance aja sama si bule. Gue nikmatin aja tangannya yang mulai2 nakal, raba-raba paha gue, sambil tangan yang satu ngereme2 toket gue... milin-milin puting gue yang kecetak jelas dari balik kaus tie dye...

“Apaan sih!” gue tepis tangannya, pura-pura jual mahal. Gue balik badan buat mukul dadanya Al, tapi benernya biar bisa lihat mukanya hehehe...

Al cuma senyum terus direngkuhnya gue ke dadanya dia, sambil kedua tangannya mulai nakal ngeremes-remes pantat gue. Gue pura-pura cuek aja, sambil goyangin pinggul dan tangan ngikutin irama musik. Lagu makin kenceng, dan orang-orang di sekeliling kita mulai jingkrak-jingkrak lagi, dan ini bikin Al makin leluasa untuk ngerjain gue, naikin rok gue sampe atas, terus tangannya bebas nusuk-nusuk lubang pantat gue dan grepe2 meki gue yang udah basah...

Bueset nggak puas nih bule ngerjain gue di depan umum? Tapi emang bener sih, digrepein di depan umum tuh bikin birahi gue semakin menggila, sebentar aja gue udah banjir, jadi jarinya udah bisa masuk ke balik kain celana dalam yang dirembesi sama lendir gue... dan ini di tengah crowd yang sedang jingkrak-jingkrak!

Gue peluk Al kuat-kuat biar ekspresi gue yang sange gak kelihatan sama orang di samping gue. Beneran, sensasi takut ketahuan ini bikin gue tambah horny! Uuuuuh... gue udah mendesah-desah aja, apalagi bau keringetnya Al bikin gue makin gelap mata!



“Pe’ elu sange! Ya!” kata Naya, meskipun gue gak bisa denger apa yang dibilang, tapi kira-kira gitu yang dibilang dari gerak bibirnya. Suara musik makin bising, karena udah masuk ke lagu2 terakhir. Laser warna-warni ditembakin dari panggung, menerangi ribuat orang yang berjingkrak-jingkrak, dan gue yang lagi gemeteran karena bentar lagi nyampe.

Bener aja, gak lama gue udah kejang-kejang dalam pelukan Al, mendengus tertahan sambil nyakar punggungnya, pas lagu selesai, jadi orang-orang gak ada yang sadar gue baru orgasme di samping mereka.

“ENCORE! ENCORE! ENCORE!” jerit penonton yang minta Skrillex main lagi.

Cepet-cepet gue rapihin posisi rok gue, terus mukulin dadanya Al. Marah sih ceritanya, tapi benernya seneng juga . Tapi mendadak gue jadi merasa makin mesum (emang sih) gtw juga, dalam hati gue seneng bisa muasin fantasi gue, tapi hati yang lain merasa.... bersalah?:p


* * * * * * * * * * * * * * *


Bubar nonton Skrillex kita balik ke tenda. Benernya sih, masih banyak venue-venue yang ngasih kesempatan penonton buat party all night long, tapi karena kita masih mau nyimpen tenaga buat besok, kita mutusin untuk balik aja.

Kita jalan sambil ketawa-ketiwi ngelewatin jalan setapak, papasan sama beberapa bule yang teler sempoyongan kebanyakan minum. Kita minum juga sih, bir dingin aja tapi, itu pun buat ngilangin haus sama ngangetin badan. Kita cekikikan waktu ngedenger suara desahan dari dalam tenda, kata Al, biasa kalau ngedenger orang lagi ML di glasto... bener aja, ternyata suara2 penh birahi nggak kedengeran cuma dari satu tenda! Bahkan ada yang nyalain senter ampe kebentuk siluet di tendanya... gue sih pura-pura cuek aja, meski horny dikit... gak tahu deh Naya dan Al gmn...

“Whoa, what fockin night...,” kata Al sambil ngerangkul gue sama Naya

“Yeeeeey!!!,” Naya udah tipsy (padahal cuma minum sekaleng, duh) jalan macam nyanyi potong bebek angsa jadi, serong ke kiri...serong ke kanan...

“Weeeeee!!!” gue ikut-ikutan aja :p

“For our friendship!” kata Al sambil mengacungkan kaleng birnya

“For friendship!!! yeeeeey!!!” Naya mngamini

“Weeee!!!” lagi, gue ikut-ikutan aja, meski gue tahu yang dimaksud adalah friendship with benefit.. pret..

Gue jadi bertanya sama diri gue sendiri, ada nggak sih cewek cowok yang bisa tulus sahabatan, enggak ada embel2 sex, nggak ada ujung-ujungnya main hati...

Gue udah nonton film dari film jadul When Harry Met Sally sampai serial sitkom How I Met Your Mother, dan gue nggak yakin bakalan ada cewek-cowok yang tulus temenan, paling ujung-ujungnya sex alias friend with benefit.. atau kalaupun ada yang main hati tapi bertepuk sebelah kaki paling ujung-ujungnya di-friendzone..

gue lirik sesekali wajah Al, berusaha menebak isi hati yang tersembunyi di balik brewoknya, di balik jiwanya yang mengembara bebas seperti elang, gue berusaha menemukan sebuah petunjuk, apapun itu... baik di hatinya Al, maupun di hati gue sendiri... tapi gue sendiri nggak tahu apa yg sebenernya gue cari...

Kita balik ke tempat nginep kita di Tipi Field, malam itu orang-orang sudah duduk muterin api unggun macam perkampungan indian beneran. Di sana ada kakek tua yang pake kostum kepala suku, mendongeng cerita rakyat atau folklore sama bule-bule new age yang haus sama hal2 berbau spiritual atau ketimur-timuran...

Tapi kayaknya Al sama Naya udah sange aja bawaannya... soalnya gue udah perhatiin tangannya si bule sekarang sudah asyik ngeremes-remes pantat ranum Naya, sambil jarinya ditekan-tekankan ke lubang pantatnya... gembel... kenapa gue jadi sebel sendiri...

Beneran aja, begitu masuk tenda, dua orang itu langsung cipokan aja. Tangannya Al udah langsung ngeremes-remes bokongnya Naya, dan si bawel juga sibuk ngelepas sabuknya Al sambil lidah mereka saling membelit macam kawin. Seriously? Woi, masih ada gue di siniiii.... waduh... waduh... beneran deh gue jadi obat nyamuk...



Baru aja gue siap-siap ngemilin nyamuk, si Bule ngelirik ke gue, ngasih isyarat buat mendekat. Ragu-ragu gue, masa threesome lagi ni ceritanya?

Tiba-tiba BB gue bunyi. Hah, Nino nelepon? seriusan nih? Telepon ke luar negeri mahal kali!

“Sini, Pe’.. auhh,,,” Naya berbisik sambil mendesah karena toketnya sedang dikerjain Si Bule.

Gue senyum kecut, antara pengen ikutan atau ngangkat telepon dari pacar gue.

1 missed call, teleponnya jadi ga keangkat. Duh, gue jadi merasa bersalah. Gue ngelirik ke dua orang itu yang sekarang asyik masuk berdua, tadinya pengen ikutan sih, tapi mood gue ilang sudah.

Waktu BB gue bunyi untuk kedua kali, gak pake lama gue langsung ke luar tipi (tenda indian), ngangkat telepon Nino.

“H-hey.. beb...” jawab gue terbata, lalu terdengar suara girang cowok gue yang sepertinya seabad gak gue denger, suara yang selalu begitu nggak pernah berubah semenjak gue kenal makhluk itu untuk pertama kali.

“Ng-ngapain nelepon? Mahal tahu... hehehe... tapi gak papa sih... hehe..”

“Nggak apa-apa2 kangen, rasanya sudah seabad nggak denger suara mu, Beb.” Gue merinding dengernya. “Naya mana?”

Gue ngintip ke dalam tipi, gembel, tuh anak udah bugil aja, dientot pake posisi doggy style sama si bule... buset, daripada gue pengen, mending gue balik ke luar, duduk di pinggir orang-orang yang nyalain api unggun...

“N-Naya udah bobok, ya bobok hahaha...,”

“Hehehe.. beb, udah nerima paketan dari aku lum? Aku cek di website DHL sih dibilangnya udah sampe tempatmu,”

“Belum! Aku kan lagi di luar kota nonton konser, hehe...” sumpah gue bingung harus ngomong apa.

Malam ini gue lebih banyak diam, ngedengerin ocehan cowok gue, entah kenapa gue pengen denger suara dia lebih lama dan lebih lama lagi, karena gue ngerasa mungkin besok kita nggak bisa sama-sama lagi....

Di dekat gue duduk rame berkerumun bule-bule hippies yang pakai baju ala tahun 60-an, sambil ngedengerin kakek-kakek yang pakai kostum kepala suku yang sedang mendongeng. Gue merasa si kakek itu sekarang sedang mendongengkan kisah hidup gue....

Kadang gue berpikir kisah hidup gue itu klise... seklise pemerkosa yang mengancam akan menyebarkan rekaman korban di setiap akhir kisah pemerkosaan... seklise tokoh utama yang menemukan soulmatenya via adegan tabrakan...

Gue pernah nonton sitkom How I Met Yor Mother, tentang seorang cowok yang mengira menemukan soulmate-nya waktu ketemu cewek yang suka anjing, dan suka makan buah zaitun... dan langsung membatin ‘she’s the one...’


Awalnya gue kira Nino tuh soulmate gue, dari kelas satu tuh kita berdua udah cocok 100%, kita sama-sama suka komik, suka main game... dan udah banyak temen-temen gue yang bilang kita tuh sebaiknya jadian aja.

Semakin ke sini, semakin gue berpikir, bahwa gue dan Nino sebenarnya berasal dari planet yang berbeda,,, gue berasal dari planet di mana orang-orangnya bisa bebas telanjang bulat... dan Nino berasal dari planet di mana orang-orangnya hidup normal... ya, dengan segala keabnormalan gue... dengan segala kebiasaan telanjang gue... dan keinginan gue untuk memamerkan ketelanjangan gue, gue merasa aneh, gue merasa terasing,,,, gue merasa nggak lebih dari creature from the wrong planet buat Nino...

Nino gak tahu kalau pacarnya pernah petting di atas perahu di Grand Kanal sama Bule random. Nino gak tahu kalau pacarnya pernah orgasme di atas sepeda di deket Hyde Park. Nino gak tahu semua itu...

maybe he’s the one... tapi masalahnya apakah gue adalah ‘the one’ buat Nino....? ....

dan semua pemikiran itu bikin hati gue semakin sakit.... 4 tahun kita sama-sama, Nino nggak cuma pacar, Nino adalah sahabat, teman hidup gue yang lebih dari pacar...

Mata gue berkaca-kaca melihat foto Nino di DP BB-nya, melihat senyum Nino yang tetep nggak berubah, selalu begitu, tulus mencintai gue, nggak pernah berubah bahkan semenjak pertama kita ketemu... dan semua itu bikin hati gue semakin sesek...

(andaikan aku bisa terus mencintaimu sesederhana itu...)

Tapi ....gimana kalau Nino memang lebih cocok buat jadi sahabat? Kita bisa terus seru-seruan kayak dulu... Kita nggak bakal perlu berantem, kita nggak akan pernah diam-diam menyakiti kaya gini.... tapi kayaknya gue nggak bakal pernah tahu jawabannya... mungkin gue yang nggak yakin sama perasaan gue... atau memang gue yang nggak pernah yakin sama dia....

Telepon ditutup, dan yang kedengeran sekarang cuma suara tepukan tamborin dan kakek tua yang tak berhenti mendongeng... Api unggun menyala terang membentuk siluet-siluet tenda indian yang berbentuk kerucut...

Gue merebahkan kepala gue di rumput basah, memandangi semesta yang dipenuhi bintang... mencari planet tempat asal gue dan makhluk yang berasal dari planet yang sama dengan gue... yang mungkin sedang ngentotin sahabat gue di dalem tenda....

No comments:

Post a Comment